Paracetamol

Cara kerja parasetamol sebagai obat penghilang nyeri belum sepenuhnya dipahami dan mungkin bekerja di bagian sistem saraf yang ada di seluruh tubuh. Parasetamol mengurangi konsentrasi prostaglandin dan mediator peradangan dalam tubuh, sama seperti aspirin. Tapi bedanya, parasetamol tidak mengurangi peradangan atau mengganggu pembekuan darah seperti aspirin. Parasetamol bisa menghambat enzim COX, tapi ada kemungkinan juga bekerja melalui cara lain. Enzim COX adalah bagian penting dari proses pembentukan zat peradangan. Ada dua jenis enzim COX, yaitu COX-1 dan COX-2. Penghambatan COX-2 dipercaya memberikan efek meredakan demam, nyeri, dan peradangan pada NSAID.

1. Nyeri Punggung (Backache): Paracetamol dapat membantu mengurangi nyeri punggung ringan hingga sedang.
2. Sakit Kepala (Headache): Paracetamol umumnya digunakan untuk mengatasi sakit kepala.
3. Migrain: Meskipun paracetamol mungkin tidak seefektif untuk migrain berat, namun dapat memberikan sedikit bantuan untuk migrain ringan hingga sedang.
4. Regangan Otot (Muscle Strains): Paracetamol dapat membantu mengurangi nyeri yang terkait dengan regangan otot.
5. Nyeri Haid (Period Pain): Paracetamol sering digunakan untuk meredakan kram menstruasi atau nyeri haid.
6. Sakit Gigi (Toothache): Paracetamol dapat sementara meredakan nyeri gigi hingga Anda dapat berkonsultasi dengan dokter gigi untuk perawatan yang tepat.
7. Nyeri dan Rasa Tidak Nyaman akibat Flu dan Masuk Angin: Paracetamol dapat membantu menurunkan demam dan meredakan nyeri tubuh yang terkait dengan flu dan masuk angin.

• Untuk dewasa dan remaja (usia 13 tahun ke atas) dengan berat badan 50 kg atau lebih, dosis paracetamol yang disarankan adalah 1000 mg setiap 6 jam atau 500 mg setiap 4 jam. Dosis tunggal maksimum tidak boleh melebihi 1000 mg, dan interval dosis minimum adalah 4 jam. Harap diingat, dosis harian maksimum paracetamol tidak boleh melebihi 4000 mg.

• Untuk dewasa dan remaja (usia 13 tahun ke atas) dengan berat badan kurang dari 50 kg, dosis paracetamol yang direkomendasikan adalah 12.5 mg/kgBB setiap 4 jam atau 15 mg/kgBB setiap 6 jam. Dosis tunggal maksimum tidak boleh melebihi 15 mg/kgBB, dengan interval dosis minimum adalah 4 jam. Selain itu, penting untuk mematuhi dosis harian maksimum paracetamol yang tidak boleh melebihi 75 mg/kgBB, hingga maksimum 3750 mg.

• Untuk anak-anak berusia 2 hingga 12 tahun, dosis yang direkomendasikan adalah 12,5 mg/kg setiap 4 jam atau 15 mg/kg setiap 6 jam. Dosis tunggal maksimum tidak boleh melebihi 15 mg/kg, dan dosis harian maksimum acetaminophen adalah 75 mg/kg.

• Untuk bayi baru lahir: Dosis yang direkomendasikan untuk bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan ≥32 minggu atau kurang dari 28 hari adalah 12,5 mg/kg setiap 6 jam, dengan dosis harian maksimum acetaminophen yang direkomendasikan adalah 50 mg/kg.

• Untuk bayi: Bayi yang berusia 29 hari hingga 2 tahun biasanya diberikan dosis 15 mg/kg setiap 6 jam, dengan dosis harian maksimum acetaminophen yang tidak boleh melebihi 60 mg/kg.

Efek samping umum yang terkait dengan pemberian paracetamol secara oral atau rektal dapat mencakup ruam kulit, reaksi hipersensitivitas, nefrotoksisitas yang ditandai dengan peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin, serta abnormalitas hematologis seperti anemia, leukopenia, neutropenia, dan pansitopenia. Selain itu, dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme dan elektrolit, yang dapat muncul sebagai penurunan bikarbonat serum, penurunan konsentrasi natrium dan kalsium, hiperamonemia, hiperkloremia, hiperurisemia, peningkatan glukosa serum, dan peningkatan kadar bilirubin dan fosfatase alkali.

Efek samping tambahan yang terkait dengan pemberian paracetamol melalui IV meliputi mual, muntah, sembelit, gatal-gatal, dan nyeri perut.

Meskipun jarang terjadi, namun efek samping serius meliputi hipersensitivitas, reaksi anafilaksis, dan reaksi kulit yang parah dan fatal. Ini termasuk nekrolisis epidermal toksik, pustulosis ekzantematosa umum akut, dan sindrom Stevens-Johnson. Selain itu, telah dilaporkan kasus pneumonia jarang yang disebabkan oleh cedera paru akibat penggunaan paracetamol.

Hipersensitivitas terhadap paracetamol, gangguan hati berat, atau penyakit hati aktif berat.